Senin, 16 November 2009

SURAT KABAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN MENANGGAPI PERISTIWA

I. PENDAHULUAN
Salah satu tema dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar yang diharapkan menciptakan produk belajar berfikir kritis dan bersikap santun adalah pembelajaran pada tema peristiwa di kelas V semester II. Dalam tujuan dan indikasi pembelajarannya, siswa dituntut untuk memahami berbagai peristiwa yang diinformasikan, kemudian diharapkan mampu memberikan tanggapan atas peristiwa tersebut dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan menggunakan bahasa penyampaian yang santun. Sering berlatih memahami dan menanggapi suatu peristiwa sederhana sejak dini, akan berguna bagi siswa sebagai bekal pemikiran dalam menanggapi peristiwa- peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.
Meskipun tujuan pembelajaran dalam menanggapi peristiwa di Sekolah Dasar dirasa sebagai hal urgen yang tidak dapat dikesampingkan lagi, dalam aplikasi proses pembelajaran selama ini, ternyata masih jauh dari harapan, karena dalam pelaksanaan pembelajarannya, hanya didukung oleh media pembelajaran kadaluwarsa. Hal ini dapat terlihat nyata dari proses pembelajaran yang masih berlangsung konvensional dan klasikal. Konvensional karena dalam proses pembelajaran hanya terdapat satu- satunya media dan sumber belajar siswa, yaitu buku paket mata pelajaran Bahasa Indonesia dan belum terdapat multimedia yang dapat mengaktifkan siswa dalam menaggapi peristiwa secara kritis. Adapun masih bersifat klasikal karena peristiwa yang dikupas dalam proses pembelajaran adalah peristiwa yang telah usang saat buku paket tersebut diterbitkan dan belum adanya media pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman berfikir secara nyata tentang apa saja peristiwa yang tengah terjadi., sebaliknya, siswa dipaksakan untuk menanggapi peristiwa usang yang telah terjadi pada saat buku paket mata pelajaran tersebut diterbitkan
Solusi dari permasalahan tersebut tentunya dengan memperbaharui media dan sumber belajar yang dapat menginventarisir perbendaharaan peristiwa yang tengah terjadi (up to date) dengan format kemasan bentuk bahasa penyampaian yang baik dan komunikatif (bukan kutipan peristiwa usang yang terdapat pada buku paket mata pelajaran,), sehingga siswa dapat belajar menanggapi peristiwa terkini di masyarakat Alternative media pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dalam menanggapi peristiwa hangat yang tengah terjadi di masyatakat dengan bentuk maupun format bahasa penyampaian yang baik adalah media surat kabar.
II. SURAT KABAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

SURAT KABAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Surat kabar adalah salah satu alat informasi dan komunikasi yang berisi pemberitaan dari kejadian, peristiwa, ide pemikiran/ gagasan dari permasalahan dan pengetahuan yang tengah terjadi dalam masyarakat (up to date) dengan bahasa penyampaian yang jelas dan terbuka. Dalam penyampaian informasi, surat kabar biasanya menyertakan penekanan dan penjelasan dengan menambahkan gambar atau cuplikan foto peristiwa yang terjadi sebagai daya tekan dan juga berfungsi sebagai daya tarik bagi pembaca. Disebut surat kabar karena isi dan format tulisan pada lembaran tersebut seperti halnya sebuah surat yang memberikan informasi peristiwa dan pengetahuan, akan tetapi informasi yang tertulis disebarkan kepada masysrakat umum sebagai sebuah pemberitaan /pengabaran. Karena bentuk dan proses pembuatannya secara berulang-ulang dalam jumlah yang besar (coppy) yang dilakukan oleh mesin pencetak, maka surat kabar dapat juga disebut sebagai alat informasi dan komunikasi cetak. Adapun fungsi dari surat kabar sebagai alat yang dapat memberikan informasi dan juga sebagai akses penghubung masyatrakat, pada akhirnya surat kabat juga dapat disebut sebagai sebuah media.
Sering ditemukan kerancuan dan kesalahan dalam pengertian dan pendiskripsian antara media dan media pembelajaran. Media adalah wadah dan wahana dari pesan/ informasi oleh sumbernya akan diteruskan kepada sasaran pesan tersebut ( Suparman 1995:177). Sedangkan media pembelajaran adalah Alat/ seperangkat alat yang dapat digunakan sebagai perantara komunikasi dengan tujuan untuk meningkatkan interaksi proses dan hasil pembelajaran (Association for Education and Communication Technology/ AECT, dikutip Utomo 1995:12). Dari pengertian tersebut, ternyata selain sebagai sebuah media secara umum, surat kabar juga dapat berfungsi sebagai media pembelajaran karena definisi dari media pembelajaran telah terdapat didalamnya, hanya dengan menghadirkan surat kabar dalam proses belajar mengajar, akan memberikan pergeseran makna yang lebih bermakna pada surat kabar, yaitu dari sekedar media menjadi media pembelajaran.

PEMILIHAN SURAT KABAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Surat kabar sebagai media pembelajaran berbasis cetakan telah mewakili kriteria penetapan sesuatu benda sebagai media pembelajaran (Nana Sudjana dan Ahmad Riva’i, 1991) antara lain:
1) Azaz Tujuan
Benda dapat dikatakan sebagai media pembelajaran apabila menunjang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam pembelajaran memahami peristiwa, surat kabar dapat menunjang tujuan dalam meningkatkan pemahaman menanggapi peristiwa, sehingga dapat dikatakan sebagai media pembelajaran.
2) Azaz Keterpaduan
Surat kabar juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena secara tepat dan terpadu dapat meningkatkan pemahaman dan tujuan pembelajaran dalam menanggapi peristiwa.
3) Keadaan peserta didik
Surat kabar tentunya dapat difahami oleh siswa yang telah dibekali kemampuan membaca dan kemampuan memahiami bacaan, sehingga sesuai dengan keadaan siswa
4) Ketersediaan bahan dan waktu dalam penggunaan
Surat kabar dapat dijumpai hampir di perkotaan maupun pedesaan karena distribusinya dilakukan secara luas, sehingga tidak terdapat kesulitan dalam pengadaannya. Sedangkan dalam penggunaan sebagai media pembelajaran, surat kabar tidak akan menyita waktu yang lama (tercukupi).
5) Mutu dan Teknis.
Surat kabar memiliki kejelasan pemahaman dan kualitas produk isi maupun bahan yang baik sebagai sebuah media pembelajaran.
6) Biaya
Pengadaan surat kabat sebagai media pembelajaran tidak memerlukan biaya yang terlalu tinggi karena setiap lapisan masayarakat hampir dapat menjangkaunya.

Adapun nilai dan manfaat media surat kabar dalam upaya peningkatan pemahaman dalam menanggapi peristiwa saat proses pembelajaran adalah :
a) Meletakkan dasar kongkret dalam berfikir.
b) Mengurangi verbalisme.
c) Memperbesar perhatian siswa.
d) Membuat proses pembelajaran lebih bermakna.
e) Memberikan pengalaman belajara yang nyata.

APLIKASI SURAT KABAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tema peristiwa kelas V semester II, siswa terlebih dahulu harus memahami peristiwa yang diinformasikan, kemudian dari pemahaman tersebut akan dikembangkan menjadi sebuah tanggapan sebagai respon dan hasil belajar, baik secara lisan maupun tulisan dengan bahasa penyampaian yang sopan. Dengan media surat kabar, tentunya akan dapat menunjang hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah mendesain format perencanaan pembelajaran dengan mengoptimalkan media surat kabar dalam proses pembelajaran. Perencanan pembelajaran dengan mengoptiamlkan media surat kabar dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam menaggapi peristiwa perencanan pembelajaran sebagai berikut :
a) Kegiatan awal
 Guru bercerita tentang peristiwa yang dialami oleh anggota keluarga/ orang lain tentang kecelakaan kendaraan bermotor.
 Tanya jawab terhadap peristiwa yang diutarakan tersebut dengan menggunakan kalimat tanya apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi untuk memberikan konsep awal kepada siswa tentang menanggapi terhadap suatu peristiwa, jawaban siswa ditulis di papan tulis
 Pemberian kaitan antara konsep peristiwa yang telah dipahami siswa dengan materi pelajaran.
b) Kegiatan Inti
 Siswa diajak mengamati gambar- gambar peristiwa yang ditampilkan guru (peristiwa banjir, kebakaran hutan, kecelakaan lalu lintas dan kapal laut yang tenggelam) sebagai contoh peristiwa umum.
 Siswa diminta menyebutkan peristiwa apa saja yang ada pada gambar
 Tanya jawab tentang sebab- akibat terjadinya suatu peristiwa, dan memberikan pancingan bagaimana antisipasi agar peristiwa tidak terjadi lagi.
 Siswa diberi kesempatan untuk menaggapi peristiwa tersebut dengan bahasa masing- masing dengan maju di depan.
Guru memberiak evaluasi atas tanggapan siswa yang kurang benar dengan memberikan contoh kalimat tanggapan tentang peristiwa dengan bahasa yang santun yang telah ditulis pada bagan.
 Guru menampilkan berbagai kutipan peristiwa yang diambil dari harian Suara Merdeka dan lembar diskusi kelompok.
 Kelas dibagi menjadi 5 kelompok dengan memberikan penugasan untuk berdiskusi tentang peristiwa yang berbeda.
 Guru membimbing jalannya diskusi dengan memberikan bantuan apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan.
 Perwakilan kelompok maju, secara berurutan untuk membacakan hasil diskusi.
 Setelah hasil diskusi dipresentasikan, guru dan siswa merangkum hasil diskusi sebagai catatan belajar siswa.
c) Kegiatan akhir
 Guru memberikan pertanyaan- pertanyaan pelacak kepada siswa untuk mengetahui pemahaman materi pembelajaran.
 Siswa menjawab soal latihan pada buku paket, secara individu.
 Hasil penugasan individu dikumpulkan, guru memberi penguatan
III. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada proses pembelajaran, media adalah komponen yang sangat berperan penting dalam pemahaman konsep dan peningkatan tujuan hasil belajar. Media yang akan dipilih hendaknya harus memenuhi kriteria dan azaz pemilihan media dalam pembelajaan. Setelah criteria tersebut terpenuhi, guru diharapkan menjadi fasilitator siswa dalam penggunaan media agar dapat mendukung dan menigkatkan makna dari proses pembelajaran dengan terlebih dahulu mendesai pembelajaran yang berorientasi pada siswa. hal ini tentunya juga berlaku pada pemilihan surat kabar sebagai media pembelajaran pada mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan tema peristiwa di kelas V semester II Sekolah Dasar. Optimalisasi penggunaan surat kabar sebagai media pembelajaran dalam langkah- langkah pembelajaran secara terorganisir dengan baik, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami dan menaggapi peirstiwa yang sedang terjadi di masyarakat, sehingga sejalan dengan tujuan pembelajaran, diharapkan dapat menciptakan produk belajar yang mampu berfikr kritis dan bersikap sopan.

B. SARAN
Setelah mengetahui bahwa surat kabar juga dapat berfungsi sebagai media pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang memahami dan menaggapi peristiwa pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V semester II di Sekolah Dasar, diharapkan guru dapat menghadirkan serta mengoptimalkan siswa dalam penggunaannya dalam proses pembelajaran.

PEMBAHARUAN PARADIGMA PEMBELAJARAN

PEMBAHARUAN PARADIGMA PEMBELAJARAN
Oleh : Falidan Ahmad
Guru Kelas III SDSN JLAMPRANG

Sebuah kisah, yang berawal dari aksi seorang penyanyi musik melayu begitu atraktif di atas panggung berukuran mini mampu membius penonton yang memadati halaman rumah pak Wahyu yang kala itu tengah menggelar pesta pernikahan putri semata wayangnya. Penonton begitu terpana menyaksikan semangat membara, raut muka yang tiada tersirat rasa lelah meskipun telah mulai bernyanyi sejak dua jam yang lalu, dipadu dengan gerakan tubuh yang masih terjaga dengan baik, menggambarkan besarnya energi dan baiknya stamina sang penyanyi. Setelah pementasan berakhir, seorang penonton yang masih diselimuti penasaran dan rasa ingin tahu, memberanikan diri bertanya kepada penyanyi: “Maaf Mbak, penampilan anda begitu aktraktif, energik dan bersemangat meskipun tiga jam tiada henti menghibur penonton, jika dilihat dari luwesnya gerakan tubuh, sepertinya anda sudah lama menjadi penyanyi. Kalau saya boleh tahu, sejak kapan anda mulai bernyanyi? Adakah kiat- kiat khusus untuk menjaga stamina tubuh anda?”. Dengan senyum manis penyanyi tersebut menjawab: “Terima kasih atas sanjungan bapak, sudah satu tahun ini saya menjadi penyanyi. Sebelumnya saya menjadi guru SD selama 2 bulan di desa, tapi karena kebutuhan hidup, saya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan tersebut. Kalau suara saya terdengar lantang dan energik, itu karena saya sudah terbiasa sejak menjadi guru, tapi saya masih kalah energik apabila dibandingkan dengan guru SD yang setiap hari harus mengajar dengan suara lantang di depan kelas…..” Jawaban sederhana yang begitu mengejutkan si penanya, yang ternyata juga berprofesi sebagai seorang guru SD. Kemudian penonton itu berkata: “Anda tidak salah, guru memang memiliki stamina yang tinggi, tapi saya tidak setuju atas pernyataan anda bahwa guru sama seperti penyanyi, itu pemikiran yang terlalu sempit. Maaf, saya lebih tahu karena saya juga seorang guru SD “. Dengan senyum kecil, guru SD pun melangkah pergi sembari merenungkan jawaban sederhana penyanyi itu.

Guru bukanlah penyanyi
Maaf, kisah ini bukan bermaksud menganalogikan guru dengan penyanyi, tiada terlintas sedikitpun. Profesi guru begitu terhormat karena dedikasi dan pengabdian mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan segenap kompetensi paedogagik, kepribadian, sosial dan profesionalisme, memang jauh lebih mulia apabila dibandingkan dengan pekerjaan yang hanya berorientasi pada nominal rupiah. Selain perbedaan mendasar dalam tujuan dan orientasinya, perbedaan secara signifikan juga dapat dikaji dari berbagai dimensi dan bermacam sudut pandang secara kompleksitas. Seorang penyanyi hanya melakukan “ aksi – reaksi “ sebagai pelaku tunggal dalam tindakan atas obyek, akan tetapi seorang guru dapat memodifikasi “ aksi- reaksi” menjadi sebuah “ interaksi ”antar subyek.
Akan tetapi, apabila ditelaah secara komperhensip lagi, terdapat benang merah antara guru dengan penyanyi, sudut yang terbentuk dari keduanya adalah stamina energik yang dipadu dengan penampilan atraktif. Dalam aksinya, seorang penyanyi harus didukung dengan stamina kuat dan penampilan atraktif, begitupula seorang guru harus memiliki stamina kuat dan penampilan atraktif di depan kelas dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada subyek didik. Adapun yang membedakan besarnya stamina diantara keduanya adalah durasi waktu dalam melakukan tindakan. Subyek pertama hanya melakukan tindakan selama 3 jam, sedangkan pada subyek kedua dua kali lebih lama/ 6 jam (guru SD mengajar dari pukul 07.00-13.00).
Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa seorang guru memang jauh lebih energik bila dibandingkan dengan seorang penyanyi. Luar biasa!!! Dengan beban dan tugas yang begitu besar, seorang guru masih memerlukan energi yang begitu besar pula.

Pembaharuan paradigma dan rintangan
Maksud dari telaah kisah diatas bukan hanya sekedar memberikan apresiasi atas dedikasi pahlawan tanpa tanda jasa dalam mengeksplisit dan mengimplisitkan nilai – nilai hidup kepada generasi bangsa, tapi lebih dari itu, makna qauniyah dari kisah tersebut hendaknya memberikan inspirasi bagi kita, bahwa tugas dan tanggung jawab besar, tidak harus memerlukan energi yang besar. Lantas timbul pertanyaan, bagaimana mungkin tugas besar bisa dilalukan dengan energi yang relatif lebih kecil?. Sebenarnya kita pun telah mempunyai jawaban atas pertanyaan tersebut, jawabnya adalah “pembaharuan paradigma”.
Memang, untuk memperbaharui paradigma, tidaklah semudah membalik telapak tangan. Kompleksnya tantangan (bukan dipandang sebagai permasalahan) dalam dunia pendidikan, mulai dari minimnya sarana dan prasarana, kesejahteraan pendidik dan masih banyak lagi rintangan yang ada merupakan ganjalan besar dalam peningkatan mutu pendidikan. Bagaimana guru harus memperbaharui paradigma jika sarana dan prasarana tidak memadai? Bagaimana mungkin pembelajaran berbasis teknologi akan terwujud apabila tidak ada media teknologi (komputer) dalam proses belajar mengajar? Kalaupun sudah ada, apakah guru sudah bisa mengoperasikannya? logika yang bisa diterima karena terbentuk dari sebuah realita.
Benang kusutpun harus diurai, solusi harus dicari. Membahas dan berdebat dengan perbedaan argumen dalam mencari “kotak hitam” permasalahan pendidikan, hanya akan menciptakan polemik yang berkepanjangan, dan guru tidak akan bisa memperbaharui paradigmanya apabila hanya terjebak dalam polemik masalah pendidikan. Telalu lama terlarut, kadang kita sendiri lupa, bahwa kreativitas lahir dari keterbatasan.
Taruhlah, semua sekolahan memiliki sarana dan prasarana yang yang memadai. Dengan anggaran pendidikan yang berangsur- angsur meningkat, memungkinkan kebutuhan akan media teknologi (komputer dan internet) di setiap sekolah terpenuhi, program pemerintah dalam peningkatan mutu pendidik dapat tercapai, dengan indikasi bahwa guru akan menguasai/ dapat menggunakan media teknologi. Akan tetapi, setelah semuanya terealisasi apakah dapat menjamin terciptanya pembelajaran berbasis teknologi?. Tentunya tidak, siapa yang akan menjamin?
Terlepas dari benar atau tidaknya telaah diatas memang harus dibuktikan secara empiris, tetapi secara sederhana kesimpulan yang bisa diambil sebagai titik temu sekaligus titik tumpu fundamental dalam pembaharuan paradigma pembelajaran adalah berpulang pada kesadaran guru dalam pembaharuan paradigma. Sebuah pembaharuan paradigma dalam pembelajaran yang lebih inovatif dalam akselerasi dunia pendidikan yang selalu dinamis.

Paradigma pembelajaran berbasis teknologi
Teknologi Informasi dan komunikasi telah menggema dalam sendi- sendi peradaban manusia, terlebih lagi, “virus teknologi” telah menjalar pada sendi peradaban yang sangat urgen, yaitu sendi pendidikan. Komputerisasi dalam pembelajaran, mau tidak mau menuntut stakeholders pendidikan ( terutama guru) untuk merubah paradigma dari pembelajaran konvensional menuju pembelajaran berbasis teknologi.
Aplikasi teknologi dalam pembelajaran yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, pada akhirnya mengimplikasikan peningkatan proses, produk dan hasil pembelajaran berbasis teknologi pula. Secara sederhana, reorientasi proses pembelajaran dapat diimplementasikan melalui media komputer. Sebagai contoh, materi pelajaran dapat disajikan melalui bentuk aplikasi program Microsoft power point, audio visual dengan media CD/ VCD, video/ tape recorde, OHP dsb(media berbasis teknologi lain) sehingga dapat merangsang dan mendorong semangat, minat dan motivasi subyek didik dalam proses belajar mengajar, sekaligus menghemat energi guru dalam menyampaikan materi (mengurangi metode ceramah), yang pada akhirnya akan bermuara pada proses Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan.
Tatkala pembelajaran dipandang sebagai produk/ hasil, pembelajaran berbasis teknologi dapat menghasilkan produk belajar yang tidak lagi gagap teknologi, akan tetapi dapat tercipta generasi penerus bangsa yang melek teknologi sejak dini, sehingga dalam rantai makanan globalisasi, bangsa ini bukan hanya dipandang sebagai bangsa tingkat konsumen, melainkan sebuah bangsa dengan label “produsen teknologi“.
Sebagai langah awal dalam pembaharuan paradigma pembelajaran, marilah kita bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita sebagai pendidik merubah diri dari sekedar beraksi menjadi berinteraksi? Sudahkah kita merubah pandangan terhadap dunia bahwa jaman telah berubah dan terus selalu berubah/ berkembang? Siapkah kita dalam menyongsong dan menghadapi perubahan? Sebuah refleksi dari kisah sederhana untuk sebuah bangsa yang besar “guru bukan penyanyi, guru tidak sama seperti penyanyi, guru lebih hebat dari penyanyi karena guru mampu menciptakan ribuan penyanyi”.
ARTIKEL TELAH DIMUAT DI MAJALAH JURNAL PENDIDIKAN BATANG BERKEMBANG EDISI KE-3 TAHUN 2008

Minggu, 15 November 2009

PERIHAL CPNS 2009

Kami segenap civitas akademika SDSN Jlamprang senantiasa memberikan bantuan moril dan semangat serta mendoakan semoga saudara kita Wiyata Bhakti di Kecamatan Bawang diberi kemudahan dalam pendaftaran, pengadaan persyaratan, pelaksanaan tes dan harapan kita semua untuk lolos tes seleksi CPNS 2009 dapat terwujud,amieen....
bagi para peserta tes seleksi CPNS 2009, segenap warga SDSN Jlamprang hanya dapat berpesan : " manfatkan waktu yang singkat ini dengan persiapan maksimal, karena sejatinya tugas kita adalah mencoba (dengan perencanaan dan persiapan),untuk hasil akhir hanya Tuhan YME yang mampu mewujudkannya......tetap semangat !!!!semoga kita senantiasa diberi kemudahan dalam mencapai cita- cita."
apabila saudara menemukan kesulitan dalam mencari pelatihan dan prediksi soal- soal tes CPNS, kami memiliki dokumen pelatihan soal- soal tes CPNS tahu- tahun yang lalu dalam bentuk s0ftware PDF,atau saudara bisa datang langsung di SDSN Jlamprang, atau kirim e- mail ke:
www.sdsnjlamprang@gmail.com
www.wahyugandhunlk@gmail.com
www.falidanahmad@gmail.com
akhirnya, kami hanya bisa membantu doa semoga sukses dalam meraih cita- cita.

kepala Sekolah
SDN JLAMPRANG


EDI SUSANTO,S.Pd

Sabtu, 14 November 2009

EVALUASI KTSP 2009

Sabtu, 14 Nopember 2009 SDSN Jlamprang telah mengikuti evaluasi KTSP 2009 di aula DISDIKPORA kabupaten Batang. KTSP sebagai sarat mutlak dasar instrumen dan orientasi tujuan pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, promes dan prota semua mata pelajaran yang telah disusun oleh masing masing guru kelas dan guru mapel. bahan pembuatan KTSP SDSN Jlamprang 2009/ 2010 mengacu pada BSNP serta rambu- rambu dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Batang.

KKG BERMUTU GUGUS KRESNA 2009

SDSN Jlamprang sebagai sd inti gugus kresna menjadi tuan rumah pelaksanaan KKG Bermutu tahun 2009/ 2010 tang telah dimulai pada tanggal 27 Oktober 2009. peserta KKG Bermutu gugus kresna adalah seluruh guru di sd inti dan sd imbas ( sd jlamprang, wonosari 01, wonosari 03, sangubanyu 01, sangubanyu 02, sangubanyu 03, kalirejo 01, kalirejo 02 dan kalirejo 03)