Senin, 22 November 2010

Elaborasi Eksplorasi Kolaborasi kenapa baru sekarang????

JLAMPRANG
belajar tidak menjadi pintar.....tapi hakikat belajar adalah mengerti.
ketika hasil belajar telah ditentukan standar pencapaian, ruh belajar telah mengalami kekaburan makna, atau bahkan telah sengaja dilupakan. Pelaksanaan pembelajaran bermakna yang telah dicetuskan oleh UNESCO ternyata tak mampu berkembang ketika terdapat sistem penilaian terpusat pada kesamaan soal evaluasi. Kendala sederhana ketika guru hendak mengembangkan pembelajaran bermakna berbasis Elaborasi ( perluasan kajian materi), Eksplorasi (penjelajahan pengetahuan) dan Kolaborasi(perpaduan) terhadang dengan soal evaluasi yang ditetapkan pada Ulangan akhir semester maupun ulangan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional.Kecemasan yang berujung pada sikap apatis melandasi pola berfikir, mengapa harus melaksanakan pembelajaran bermakna berbasis EEK, jika pada akhirnya soal evaluasi hanya mengacu pada pencapaian indikator saja? mengapa harus menerapkan pembeljaran elaborasi yang berarti siswa harus memperluas kajian materi sedangkan evaluasi pembelajaran yang akan dikerjakan siswa pada UAS maupun UASBN masih dipersempit dengan soal tertulis yang pastinya perluasan pengetahuan tersebut tidak akan muncul pada soal?
pembelajaran Eksplorasi masihkan menjadi pionir mesin penjelajah ketika setiap akhir semester siswa hanya terkondisikan untuk menyelesaikan soal evaluasi yang hanya bertumpu pada selembar kertas dan jawaban tunggal pasti?
Kolaborasi juga tentunya akan menjadi sebuah paradoks ketika evaluasi hanya berorientasi pada rangking individualistik.....belum ada formula tepat untuk mengukur sejauh mana siswa mampu mengembangkan diri....masih sempit indikasi yang mampu menggambarkan hasil proses eksplorasi....dan yang masih sangat ironis ketika pembelajaran kolaborasi harus diukur dengan pencapaian tingkatan rangking........

Tidak ada komentar: